BAB I
LATAR BELAKANG
- Latar Belakang
Osteoporosis merupakan
masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun
prevelensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun
bedasarkan penelitian ditemukan bahwa pravelensi kejadian osteoporosis pada
pria meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu diketahui bahwa osteoporosis
kini diderita pada kelompok usia yang lebih muda.
Osteoporosis
atau keropos tulang itu sendiri adalah penyakit kronik yang ditandai dengan
pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.
Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan
patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit
tersembunyi (silent diseases).
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari osteoporosis?
2.
Bagaimana etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik, dan penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis?
3.
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis?
Tujuan
1.
Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, etiologi,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis pada klien
osteoporosis.
2.
Meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien
osteoporosis
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa
tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis
normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan
tulang, menyebabkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif
mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur. (brunner and suddarth, 2002)
Osteoporosis
adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan
definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai
oleh compromised bone strength sehingga
tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 )
Osteoporosis
dibagi 2 kelompok, yaitu :
- Osteoporosis Primer
Osteoporosis
primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan
proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur
vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57
tahun.
- Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis
sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
I.
Etiologi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengurangan massa tulang antara lain:
- Determinan Massa Tulang
- Faktor genetic
Perbedaan
genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pada
bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit
Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
Faktor mekanis
Beban mekanis
berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban
akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap
kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama
pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya
akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang
lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.
- Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang
dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral),
pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas
kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan
massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya.
- Determinan Penurunan Masa Tulang
- Faktor genetic
Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada
seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal
yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai
ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar
badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang
mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
Faktor mekanis
Faktor mekanis
mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada
interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada
umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.
- Kalsium
Faktor makanan
ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri
menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang
masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas bahwa pada wanita masa menopause ada
hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam
tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin
yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium
sehari.
2.
Protein
Protein juga
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan
lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi
keseimbangan kalsium yang negative.
Berkurangnya/hilangnya
estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
- Rokok dan kopi
Merokok dan
minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa
tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi
kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
2.
Alkohol
Alkoholisme
akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan
alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan
ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan
pasti .
- Patofisiologi
Remodeling
tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar
usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan
aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai
segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada
saat menopause mengakibatkan percepatan reasorbsi tulang dan berlangsung terus
selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi
mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium
dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D
harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh.
Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
2.
Manifestasi Klinis
Osteoporosis
mungkin tidak memberikan gejala kinis sampai terjadi patah tulang, nyeri dan
deformitas biasanya menyertai patah tulang.
Dengan melemah
dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi seseorang dapat berkurang atau timbul
kifosis dan individu menjadi bungkuk (kadang-kadang disebut dowager’s hamp).
Adanya
osteopenia gigi ditandai dengan gejala gigi mudah tanggal yang disertai
reabsorpsi gusi atau banyak gusi yang goyah, dapat digunakan sebagai patokan
kemungkinan adanya osteoporosis tulang.
3.
Komplikasi
–
Fraktur tulang panggul.
–
Fraktur pergelangan tangan.
–
Fraktur columna vertebaralis dan paha.
–
Fraktur tulang iga.
–
Fraktur radius.
4.
Pemeriksaan Diagnostik
–
Pemeriksaan sinar-X terhadap tulang memperlihatkan penurunan ketebalan tulang.
–
CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai tingkat massa
tuang dan menentukan kecepatan penipisan tulang.
5.
Pencegahan
Pencegahan
sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
- Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal
- Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar seperti:
- Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
- Latihan teratur setiap hari
- Hindari :
- Makanan tinggi protein
- Minum alkohol
- Merokok
- Minum kopi
- Minum antasida yang mengandung aluminium
Pengobatan
- Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
- Menghambat resorbsi tulang, dengan menhaindari obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang yaitu kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Penatalaksanaan keperawatan
- Membantu klien mengatasi nyeri.
- Membantu klien dalam mobilitas.
- Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
- Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
Konsep Keperawatan
1.
Pengkajian
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
- Kebiasaan minum alkohol, kafein
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis
- Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
- Penggunaan steroid
2)
Pola nutrisi metabolic
Inadekuat
intake kalsium
3)
Pola aktivitas dan latihan
- Fraktur
- Badan bungkuk
- Jarang berolah raga
4)
Pola tidur dan istirahat
Tidur terganggu
karena nyeri
5)
Pola persepsi kognitif
Nyeri punggung
6)
Pola reproduksi seksualitas
Menopause
7)
Pola mekanisme koping terhadap stress
Stres, cemas
karena penyakitnya
2. Diagnosa
Keperawatan
1)
Risiko tinggi injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
2)
Nyeri b.d adanya fraktur
3)
Konstipasi b.d imobilitas
4)
Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
- Perencanaan
1)
Risiko tinggi injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
Kriteria hasil:
klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:
- Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.
R/ lingkungan
yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan mengakibatkan fraktur
- Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau tongkat.
R/ Memberi
support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia.
- Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.
R/
Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena
tulang sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.
- Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan tidak mengangkat beban yang berat.
R/ Gerakan
tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression vertebral
pada klien dengan osteoporosis
- Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut.
R/ Diet kalsium
memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan kalsium ekstra
dalam tulang.
2)
Nyeri b.d adanya fraktur
Kriteria hasil:
Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri, dan nyeri
berkurang sampai hilang.
Intervensi:
- Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/ Menentukan
intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R/ Peredaaan
nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi
telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
- Beri kasur padat dan tidak lentur.
R/ Memberikan
rasa nyaman bagi klien
- Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/ Fleksi lutut
dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
- Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.
R/ kompres
hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
3)
Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi
Kriteria hasil:
Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam seminggu,
konsistensi feces lunak.
Intervensi:
- Kaji pola elimeinasi bab klien
R/ menentukan
intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab
- Berikan diet tinggi serat.
R/ Tinggi serat
membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan kostipasi
Anjurkan klien
minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/ Pemenuhan
cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
- Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai ketentuan
R/ Membantu
meminimalkan konstipasi
4)
Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
Kriteria hasil:
meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan dan
program tindakan
Intervensi:
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.
R/ Ajarkan
klien mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
- Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/ Latihan
aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan
tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
- Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
R/ Karena nyeri
lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada
suplemen kalsium,
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Osteoporosis
adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan
pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar
dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa tulang total.
Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur. (brunner and
suddarth, 2002)
SARAN
Sebagai perawat
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan dalam upaya pendidikan
dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan
gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam
peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama dan
system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
akan member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar