Rabu, 06 Mei 2015

Biomedik Osteoporosis



BAB I
LATAR BELAKANG
  1. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun prevelensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun bedasarkan penelitian ditemukan bahwa pravelensi kejadian osteoporosis pada pria meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu diketahui bahwa osteoporosis kini diderita pada kelompok usia yang lebih muda.
Osteoporosis atau keropos tulang itu sendiri adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases).

Rumusan Masalah
1.     Apakah pengertian dari osteoporosis?
2.     Bagaimana etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis?
3.     Bagaimana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis?
Tujuan
1.     Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis.
2.     Meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien osteoporosis




BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur. (brunner and suddarth, 2002)
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 )
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
  1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
  1. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
                   I.            Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang antara lain:
  1. Determinan Massa Tulang
  2. Faktor genetic
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pada bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.
  1. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
  1. Determinan Penurunan Masa Tulang
  2. Faktor genetic
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
  1. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
2.   Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
  1. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
2.   Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

  1. Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan reasorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
2.     Manifestasi Klinis
Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala kinis sampai terjadi patah tulang, nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi seseorang dapat berkurang atau timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk (kadang-kadang disebut dowager’s hamp).
Adanya osteopenia gigi ditandai dengan gejala gigi mudah tanggal yang disertai reabsorpsi gusi atau banyak gusi yang goyah, dapat digunakan sebagai patokan kemungkinan adanya osteoporosis tulang.


3.     Komplikasi
–          Fraktur tulang panggul.
–          Fraktur pergelangan tangan.
–          Fraktur columna vertebaralis dan paha.
–          Fraktur tulang iga.
–          Fraktur radius.

4.     Pemeriksaan Diagnostik
–          Pemeriksaan sinar-X terhadap tulang memperlihatkan penurunan ketebalan tulang.
–          CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai tingkat massa tuang dan menentukan kecepatan penipisan tulang.

5.     Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
  1. Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal
  2. Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar seperti:
  3. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
  4. Latihan teratur setiap hari
  5. Hindari :
  6. Makanan tinggi protein
  7. Minum alkohol
  8. Merokok
  9. Minum kopi
  10. Minum antasida yang mengandung aluminium


Pengobatan
  1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
  2.  Menghambat resorbsi tulang, dengan menhaindari obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang yaitu kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

Penatalaksanaan keperawatan
  1. Membantu klien mengatasi nyeri.
  2. Membantu klien dalam mobilitas.
  3. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
  4. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
Konsep Keperawatan
1.     Pengkajian
1)   Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
  1. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
  2. Kebiasaan minum alkohol, kafein
  3. Riwayat keluarga dengan osteoporosis
  4. Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
  5. Penggunaan steroid
2)   Pola nutrisi metabolic
Inadekuat intake kalsium
3)   Pola aktivitas dan latihan
  1. Fraktur
  2. Badan bungkuk
  3. Jarang berolah raga
4)   Pola tidur dan istirahat
Tidur terganggu karena nyeri
5)   Pola persepsi kognitif
Nyeri punggung
6)   Pola reproduksi seksualitas
Menopause
7)   Pola mekanisme koping terhadap stress
Stres, cemas karena penyakitnya



2. Diagnosa Keperawatan
1)   Risiko tinggi injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
2)   Nyeri b.d adanya fraktur
3)   Konstipasi b.d imobilitas
4)   Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

  1. Perencanaan
1)   Risiko tinggi injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
Kriteria hasil: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:
  1. Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas  bahaya bagi klien.
R/ lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan mengakibatkan fraktur
  1. Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau tongkat.
R/ Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia.
  1. Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan  cegah klien dari pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.
R/ Benturan  yang  keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.
  1. Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan  tidak mengangkat beban yang berat.
R/  Gerakan tubuh yang cepat  dapat mempermudah fraktur compression vertebral pada klien dengan osteoporosis
  1. Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut.
R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.
2)   Nyeri b.d adanya fraktur
Kriteria hasil: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri, dan nyeri berkurang sampai hilang.
Intervensi:
  1. Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/ Menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
  1. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R/ Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
  1. Beri kasur  padat dan tidak lentur.
R/ Memberikan rasa nyaman bagi klien
  1. Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/ Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
  1. Berikan kompres hangat  intermiten dan pijatan punggung.
R/ kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
3)   Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi
Kriteria hasil: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam seminggu, konsistensi feces lunak.
Intervensi:
  1. Kaji pola elimeinasi bab klien
R/ menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab
  1. Berikan diet tinggi serat.
R/ Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan kostipasi

Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/ Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
  1. Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai ketentuan
R/ Membantu meminimalkan konstipasi
4)   Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
Kriteria hasil: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan dan program tindakan
Intervensi:
  1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.
R/ Ajarkan klien mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
  1. Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/ Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
  1. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
R/ Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium,











BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur. (brunner and suddarth, 2002)
SARAN
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar